Minggu, 12 Agustus 2012

Sepedaan Sesi 1

Rabu, 29-02-2012

Pagi hari jam 6 aku berangkat ke rumah temanku dengan wajah masih ngantuk untuk sepedaan bareng. Acara wajib yang kami lakukan saat liburan. Kita berkumpul di salah satu rumah temanku yaitu Tika. Yang ikut bersepedaan ada 4 orang. Yaitu Enggar, Jamal, Tika, dan aku sendiri. Tika adalah satu-satunya perempuan yang ikut.

Yang pertama kali datang adalah aku. Disusul oleh Enggar, selanjutnya baru Jamal. Jam menunjukkan pukul 06.15. kami memulai perjalanan kami. Rute bersepedaan ini tidak kami tentukan sebelumnya. Jadi ya asal ngalir begitu saja. Mau kesana ya kesana mau kesini ya kesini.


Tempat pertama yang kami datangi adalah simpang lima. Diperjalanan sudah mulai banyak orang berlalu lalang untuk berangkat kerja. Karena kami bersepedaan sudah siang. Sesampai disimpang kami bingung mau ngapain. Karena bingung, kami memutuskan untuk kerumahnya Tegar saja untuk sekalian mengajaknya. Sesekali diperjalanan kami selalu ada bahan gojekan. Sesuatu yang seharusnya nggak lucu sama sekali bisa menjadi lucu dan membuat kami tertawa. Sesampainya digang depan rumah Tegar kami malah tidak masuk, tetapi berhenti didepan gang. Bingung mau ngapain kita memutuskan untuk pergi begitu saja. Entah idenya siapa mengajak kita untuk pergi.

Kami melanjutkan perjalanan. Enggar mengajak untuk melewati SMA kami. Dan Jamalpun nyletuk untuk dilanjutkan ke kolamnya mas Jojok yang berada di daerah gambiran. Saat kami melewati SMA kami, banyak anak sekolah yang berlalu lalang. Karena jam sudah menunjukkan pukul 06.45. Lalu kami lanjutkan sesuai dengan keinginan Jamal yaitu ke kolam ikannya mas Jojok. Seperti yang sudah-sudah ketika sampai ditempat kami tidak mampir dahulu.

Kami melanjukan bersepeda kami. Saat ini kami tidak memiliki ide lagi mau kemana, jadi kami asal ambil jalan. Ketika sampai di perkebunan ketela entah didaerah mana, Enggar mengajak untuk “potong kompas” melewati perkebunan ketela melalui jalur tanah bukan aspal. Saat melihat ada motor yang diparkir di sebuah jalan bertanah. Lalu kami berpendapat bahwa jalan itu pasti bisa dilewati karena motorpun bisa lewat situ masak sepeda tidak. Enggar belok dan diikuti oleh kami bertiga. Ternyata, tiba-tiba jalannya terpotong atau tidak bisa dilewati lagi karena harus melewati kali yang berjarak 1 meter dan jembatan yang ada sudah rubuh. Kalau maksa sih masih bisa. Aku dan Enggarpun mendekati reruntuhan jembatan kecil tersebut. Dan ternyata oh ternyata saat kami melihat kebawah ada orang yang lagi jongkok melepas celana dan boker. Sumpah sial bin kaget lihat orang, laki-laki, lagi beol lagi. Sumpah suatu kejadian yang hina. Nggak etis banget ngintip orang beol disungai. Seharusnya kami tahu bahwa keputusan yang kita ambil tidak bagus. Lalu aku dan Enggarpun bergegas kembali ke jalan aspal. Tetapi Jamal dan Tika malah menutup jalan kami dengan memalangkan sepedanya. Mereka malah tidak mau minggir dan meminta untuk dikasih tahu dulu. Perasaan jengkel dan takut menjadi satu. Jengkel karena mereka tidak mau minggir. Dan takut  kalau-kalau ditimpuk pakai “candinya” oleh orang yang lagi boker itu. Setelah beberapa menit berjalan akhirnya mereka mau minggir juga. Dan perasaanku pun lega karena bisa lepas dari jeratan penderitaan tersebut.

Setelah posisi kami agak jauhan dengan tempat tadi. Aku dan enggar mulai memberitahu mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi dibawah tadi. Setelah mereka mengetahui kejadian sebenarnya mereka tidak meminta maaf. Tetapi malah menghina kami berdua. Kamipun melanjutkan perjalanan kami dengan tawa karena ngintip orang tadi. Akhirnya jalannya sudah mulai berubah. Yang semula aspal yang sudah SNI, sekarang sudah berganti jalan penuh lubang. Dan 100% jalan berubah drastis menjadi berbatu kerikil. Sesekali jalan naik dan turun. Ketika jalan naik kami mulai menertawai jamal. Dikarenakan sepeda jengki yang nggak bisa dioper giginya. Kasihan banget keluar dari wajahnya yang berjuang penuh tenaga untuk bisa mendaki jalan tanjakan. Setelah selesai penderitaan jalan yang naik turun akhirnya kami sampai di tembusan jalan Pati-Gembong. Kamipun istirahat sebentar untuk memulihkan tenaga. Terselip pemikiran untuk melanjukan perjalanan kami ke Gembong. Tetapi Tika tidak mau. Disayangkan sekali. Setelah dirasa cukup, kami lalu menuju ke stadion joyo kusumo untuk sekedar membeli makanan dan minuman.

Setelah dirasa cukup dengan istirahatnya, kami memulai persepedaan kami ke belakang stadion. Kami memiliki ide untuk melewati area persawahan yang ada dibelakang joyo. Kembali persepedaan kami dipenuhi dengan perjuangan. Menjaga keseimbangan, kecepatan dan ketepatan untuk mengerem. Kembali kami menemukan jalan yang putus. Terpaksa kami harus turun dari kendaraan kami untuk menuntun sepeda kami melewati jalan yang putus tersebut. Satu per satu kami menyabrangkan kendaraan kami. Dan proses ini pun harus memakan korban. Korbanya tidak lain dan tidak bukan adalah jamal. Dengan segala kekurangberuntungannya dia harus terpeleset dan jatuh dengan sepedanya. Dan sekali lagi kami tertawa dengan tingkah bahenol teman kami. Setelah kami melewati daerah tumbal, kami melanjutkan perjalanan kami. Kami melewati SMA PGRI. Dan melewati desa Sidokerto. Sesampainya di perempatan yang ada bangjonya kami berpisah untuk mengakhiri petualangan kami hari itu. Kami pulang menuju kerumah kami masing-masing. Enggar pulang sendiri menuju ke kutoharjo. Dan kami bertiga pulang bersama karena jalan yang kami ambil untuk pulang juga sama.

1 komentar: